" Gak ada apa apa, mamah hanya ingin buat kopi buat anak mamah yang sudah jaga mamah dan sayang banget sama mamah. Kamu persis seperti alm, ayah kamu nak ".
Aku tersenyum tapi dalam hati rasanya ingin menangis, sesak banget rasanya.
Pagi itu aku berpamitan sama mamah layaknya seperti hari hari biasanya, dan tidak ada perasaan aneh aneh. Tangannya begitu hangat dan lembut dan dalam hati ku berkata'
" Ya Tuhan, panjangkan umur mamaku sehingga aku bisa merasakan hangat dan lembutnya tangan ini selamanya ".
Mamah mengantarku sampai depan rumah, tidak jauh dari gerbang rumah aku melihat ke belakang dan mamah masih melihatku. Akupun melanjutkan perjalanan menuju kantor dengan motor pertamaku yang aku beli dari hasil kerja kerasku selama ini.
Sesampainya di kantor seperti biasa aku melakukan pekerjaan ku. Karna batre handphone tersisa 10% akhirnya aku memutuskan untuk mengecasnya dan aku masukan ke dalam laci meja kerjaku.
Gak terasa waktu istirahat pun tiba, sebelum aku makan biasanya aku chat mamah untuk hanya sekedar menanyakan " Lagi ngapain dan apakah sudah makan dan minum obatnya ? ". Waktu istirahat hampir selesai, namun mamah masih belum membalas chat ku. Kalaupun telat biasanya mamah setelah shalat dzuhur langsung membalas chatku, tapi ini gak ada. Aku mencoba untuk berfikir positif, mungkin setelah shalat dzuhur mamah ketiduran.
Waktu menunjukan pukul 13.30 dan mamah masih belum membalas chatku. Akupun memutuskan untuk menelpon mamah beberapa kali namun masih belum ada balasan. Campur aduk perasaanku saat itu, dan akhirnya aku memutuskan untuk meminta izin untuk bekerja setengah hari. Tempat kerja yang biasanya terasa dekat tapi saat itu berasa jauh banget. Padahal jaraknya hanya 15 menit dari rumah.
Sesampainya di rumah, rumah terasa sepi dan sunyi banget seperti tidak ada orang di dalamnya. Karna jendela rumah dan kamar mamah terbuka jadi aku berfikiran mamah ada di rumah dan gak kemana mana.
" Assalamu'alaikum, mah ". Pintu dalam keadaan terkunci dan tidak ada jawaban sama sekali. Akhirnya aku membuka dengan kunci cadangan yang selalu aku bawa.
Betapa kagetnya ketika aku melihat mamah sudah terbaring di atas sajadah yang dia gunakan untuk shalat. Sebelah sajadah tersimpan sebuah photo kami bertiga ( Ayah, Mamah dan Aku ) ketika aku masih kecil.
Aku coba membangunkan beliau takutnya beliau sedang tidur, namun tidak ada jawaban dan badannya terkulai lemas. Aku coba pegang nadinya dan ternyata mamah sudah gak ada.
Teriakan dan tangisan ku seketika membuat tetangga rumah pada berdatangan. Aku menangis dan memeluk mamah sampai akhirnya seorang tetangga mengucapkan.
" innalillahiwainnailaihirojiun "
Rasanya dunia ini hancur ketika aku mendengar kata itu. Sebagian orang memelukku dan meminta sabar dan mengikhlaskan mamah. Aku tarik nafas panjang panjang dan coba melepaskan badan mamah yang masih aku peluk. Rasanya aku ingin menangis kembali ketika melihat wajah mamah, aku berharap ini hanya sekedar mimpi dan ketika nanti aku bangun mamah masih ada. Ternyata ini nyata, mamah pergi meninggalkanku sendiri disini. Seandainya hari itu aku tahu kalau mamah akan pergi, pasti aku memutuskan untuk tidak pergi kantor dan seharian nemanin mamah.
Ini adalah hari kedelapan setelah mamah pergi. Dan ternyata aku masih belum siap untuk kehilangan mamah. Belum sanggup untuk jauh dari mamah yang masih ada dalam hatiku.
Selama 7 hari kebelakang aku masih belum berani masuk ke kamar mamah. Aku takut teringat akan beliau. Teringat bagimana beliau shalat dan beristirahat tidur di atas kasurnya dengan kerudung yang tidak pernah lepas dari kepalanya.
Aku tarik nafas dalam dalam dan aku beranikan diri untuk buka kamar mamah.
" Assalamu'alaikum mah "
Walaupun sudah mencoba tegar dan kuat, ternyata air mata ini masih belum bisa aku tahan. Aku berlari ke atas kasur dan memeluk guling yang selalu mamah peluk kalau pas lagi tidur. Rasanya dada ini sesak ketika harus menahan nangis atas kehilangan seseorang yang paling berharga di dunia ini.
" Mah, terimakasih sudah menemani aku selama ini. Dari mulai aku bayi yang selalu mamah gendong, sekarang udah bisa berdiri sendiri dan bisa berlari. Terimakasih udah selalu sabar dan sayang sama anakmu ini yang kadang selalu buat mamah kesal dan marah. Maafkan anakmu ini yang masih belum bisa buat mamah bangga dan bahagia. Tapi jujur dalam setiap Doa yang aku panjatkan, selalu ada nama mamah dan nama mamah selalu jadi kata pertama dalam Doaku. Jaga aku diatas sana ya mah dan selalu doakan anakmu ini selalu kuat tanpa adanya mamah disisiku lagi. Kalau ketemu sama papah bilang ya, kalau anak lelakinya ini sudah bisa mencari nafkah sendiri dan sudah menjadi lelaki yang bertanggung jawab dan menjaga mamah selama papah gak ada ".